Strategi Remarketing: Membangun Kampanye yang Mengubah Minat Jadi Pembelian
Banyuwangi, 2025 —
Meskipun konsepnya sederhana, keberhasilan remarketing terletak pada strateginya yang cerdas dan tersegmentasi. Kampanye iklan ulang yang efektif tidak hanya “mengejar” pengguna secara agresif, tetapi memberikan nilai dan pesan yang relevan pada waktu yang tepat. Ini adalah seni untuk menjadi pengingat yang membantu, bukan gangguan yang menjengkelkan.
1. Segmentasi Audiens yang Presisi (The Core Strategy)
Kesalahan terbesar dalam remarketing adalah menargetkan semua pengunjung dengan satu iklan yang sama. Strategi yang berhasil justru mengandalkan segmentasi yang mendalam:
-
Abandon Cart: Audiens ini adalah prioritas tertinggi. Beri mereka insentif kuat, seperti diskon 10% atau gratis ongkir, untuk menyelesaikan pembelian dalam waktu 24 jam. Pesannya harus mendesak dan spesifik pada produk yang ditinggalkan.
-
Product Viewers: Pengunjung yang melihat 3-5 produk tetapi tidak menambahkannya ke keranjang. Mereka masih dalam fase pertimbangan. Targetkan mereka dengan iklan yang menyoroti fitur unik produk tersebut, ulasan pelanggan, atau perbandingan nilai dengan kompetitor.
-
High-Value Content Readers: Mereka yang membaca artikel mendalam atau panduan yang menunjukkan minat serius (misalnya, “Panduan Membeli Rumah”). Alihkan fokus iklan dari penjualan langsung ke penawaran lead magnet (misalnya, e-book gratis) untuk mendapatkan data kontak mereka, memindahkan mereka ke saluran email marketing.
-
Recent vs. Old Visitors: Pisahkan pengunjung 1–7 hari terakhir (membutuhkan iklan hard-sell cepat) dengan pengunjung 30–90 hari terakhir (membutuhkan iklan soft-sell untuk membangun kembali kesadaran).
2. Strategi Penawaran Berjenjang (Incentive Ladder)
Jangan memberikan diskon maksimal pada interaksi pertama. Gunakan penawaran berjenjang untuk mengoptimalkan margin keuntungan:
| Waktu Interaksi | Pesan & Penawaran | Tujuan |
| 0 – 3 Hari | “Selesaikan Pembelian Anda!” (Pengingat Lembut) | Mendorong konversi tanpa diskon. |
| 4 – 7 Hari | “Gratis Ongkir atau Diskon 5%” | Memberi insentif ringan. |
| 8 – 14 Hari | “Diskon 10% Hanya Hari Ini” | Menciptakan urgensi yang lebih besar. |
| 15 – 30 Hari | Ubah Produk: Tawarkan produk serupa atau komplementer (cross-sell) | Menarik minat baru jika tawaran pertama ditolak. |
3. Batasi Frekuensi (Capping Frequency)
Meskipun ingin tetap terlihat, Anda harus menghindari “overdosis” iklan. Menayangkan iklan yang sama berulang kali dalam sehari akan menyebabkan kelelahan iklan (ad fatigue) dan membuat audiens terganggu, bahkan membenci merek Anda. Tetapkan batas frekuensi (frequency cap) yang wajar, misalnya 3-5 tayangan per pengguna per hari. Jika iklan Anda mencapai batas cap dan belum berkonversi, ubah materi iklannya (kreatif atau pesan).
4. Pengecualian Audiens (Exclusion List)
Ini adalah langkah krusial: Kecualikan audiens yang sudah berkonversi. Sangat tidak efisien dan mengganggu untuk menargetkan seseorang dengan iklan diskon sepatu setelah mereka baru saja membeli sepatu tersebut. Pastikan daftar pelanggan yang sudah melakukan pembelian dikecualikan dari semua kampanye penjualan Anda, kecuali jika kampanye tersebut adalah upsell atau cross-sell yang disengaja.
Baca Juga
Masa Depan Link Building
Masa...
Apa Itu Link Building?
Apa Itu...
Strategi Content Marketing B2B Berdasarkan Siklus Penjualan
Strategi...
